Sabtu, 11 Desember 2010

(b) Pengaruh Non Formal

        Pengaruh non formal maksudnya asalah pengaruh bahasa sansekerta yang berkaitan dengan isi konseptual kata-kata pinjaman tersebut yang berkaitan dengan pengaruh kebudayaan yang lebih luas termasuk lingkungan hidup dan alam pikiran yang melahirkannya.
        Menurut Zoutmulder (1985:14-15) akulturasi merupakan faktor perubahan yang penting dalam setiap bahasa. Hal ini terjadi pula dalam bahasa Kawi. Masuknya agama dan budaya Hindu pada masyarakat Jawa dengan membawa serta konsep-konsep religius dan peristilahan khas dalam ajaran tersebut. Pada masa itu kitab-kitab Hindu yang berbahasa Sansekerta didisain dengan menggunakan Bahasa Kawi. Apabila terdapat kata-kata atau istilah-istilah yang tidak ada padanannya dalam Bahasa Kawi maka kata-kata sansekerta itu diterima secara utuh untuk kepentingan ide dan konsep yang tertuang di dalamnya. Istilah tersebut kemudian dijelaskan lebih lanjut dengan Bahasa Kawi.
        Penyerapan kosa kata sansekerta dalam Bahasa Kawi bukan semata-mata karena kata-kata tersebut merupakan kata-kata baru yang tidak ada dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi). Pemilihan kata sansekerta merupakan suatu ekspresi untuk menyusuaikan diri dengan kebudayaan baru. pada masa itu sastra Sansekerta dijunjung tinggi sebagai contoh untuk dipelajari dan ditiru. Memakai Bahasa Sansekerta pada masa itu juga dianggap sebagai suatu mode, untuk menunjukan bahwa seseorang tidak ketinggalan jaman serta melambangkan status sosial yang lebih tinggi. Pemilihan kata-kata Sansekerta untuk nama-nama pribadi telah muncul pada prasasti-prasasti abad 9. Kecendrungan untuk memilih nama yang kedengarannya modern yang berasal sari bahasa asing (Sansekerta dll) masih hidup dalam masyarakat sampai saat ini.
        Kata-kata pinjaman yang bersal dari Bahasa Sanssekerta sering mengalami pergeseran arti karena disesuaikan debgan keadaan alam dan budaya Jawa. Contoh: Hima (India) berarti : embun, cuaca penuh es, salju. Hima (Jawa) : kabut. Saratsamaya (India) : musim semi. Saratsamaya (Jawa) : sasih kapat (Oktober).
        Pemakaian kata-kata Sansekerta dalam bahasa kawi oleh para pengawi (pujangga) juga disebabkan oleh adanya tuntutan aturan-aturan metrum yang ketat dikenal dengan pola guru laghu dalam karya sastra Kakawin. Dalam hal ini perlu pengetahuan kosa kata yang luas, dan sinonim yang kaya terutama dalam peristilahan dan konsep-konsep religius yang khas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar